Senin, 07 Januari 2008

Diskriminasi

Kangen Band di Tengah Kehidupan Sosial
Kita hidup di Negara yang mempunyai aneka ragam suku, ras, dan agama. Terlalu naïf apabila tidak memberikan kepada seseorang atau suatu kelompok untuk mempunyai eksis dalam kehidupan di ranah nasional, meskipun seseorang atau kelompok itu bukan berasal dari kaum mayoritas. Apabila kita mengaku sebagai warga Negara Indonesia, maka kita juga harus menerima keberagamannya.
Contoh kasus untuk hal itu sudah terlalu banyak kita temukan di Negara ini; terutama dalam hal social, ekonomi, dan politik. Namun kita juga harus melihat benih-benih rasis atau klasifikasi social itu dalam sisi kehidupan yang tidak formal. Karena hal itu adalah benih terjadinya desintegrasi bangsa.
Kita angkat satu contoh kasus dalam kehidupan remaja, yaitu music. Kangen Band adalah grup band pendatang baru di belantika music Indonesia. Sebelum kemunculannya di Televisi, orang yang hanya mendengarkanya di radio, mungkin penasaran akan sosok dari personil band tersebut. Namun setelah kemunculannya di televisi banyak orang yang tadinya suka menjadi menghina. Masalahnya sepele, bahkan bukan masalah kalau orang yang melihat itu adalah seorang manusia dengan kemanusiannya, hanya karena para personil dari band tersebut tidak masuk dalam kategori “ganteng” dan kampungan.
Mungkin untuk hal fisik dikarenakan sifat hedonis dari dunia entertaint kita yang mengutamakan fisik itu sebagai sayrat utama bahkan segalanya. Pandangan seperti itu tidak pantas untuk dipertahankan, karena hal itu bukan hal yang dapat diperjuangkan oleh manusia. Hal itu adalah sunnatullah dan ciri keagungan penciptaan Tuhan.
Untuk hal kampungan, saya mempertanyakan dalam hal apa? Apakah dalam lirik lagu? Apakah dari mana mereka berasal? Apakah orang yang tidak terlahir di Jakarta semua kampungan? vokalis dari band Naif menghina habis-habisan kangen band. Dia beralasan bahwa dengan munculnya kangen band membuat kemunduran perkembangan music indoneia. Apakah itu dicitrakan dari liriknya? Bukankah setiap band itu mempunyai ciri khasnya? Lupakah orang yang mengkritik dengan ciri khas bandnya? Yang terpenting untuk jawaban itu adalah setiap daerah dari Negara ini mempunyai bahasa yang berbeda beserta sastranya. Belum lagi kalau kita mellihat secara psikologi dari keinginan dan pengaruh mereka berinteraksi.
Sebuah tayangan reality show di salah satu stasion televisi yang mau menghadirkan Kangen Band, harus berdebat panjang sebelumnya, dengan alasan tidak ngetop, tidak berkualitas, dan alasan lainya yang bersifat subjektif. Walaupun akhirnya jadi menghadirkan.
Menurut data dari platinum, album perdana Kangen Band terjual sebanyak tiga ratus ribu keping, angka yang sangat bagus untuk band pendatang baru disaat industri musik tanah air yang sedang loyo. Itu menunjukan bahwa kangen band diterima oleh masyarakat, walau mungkin penggemarnya banyak yang berasal dari luar Jakarta dan kota besar lainya.
Catatan penting bagi kita adalah bahwa setiap orang mempunyai kebebasan untuk berekspresi, jangan berpandangan subjektif terlebih lagi itu dapat membunuh karakter seseorang maupun kelompok, dan mulailah menghargai keberagaman. Pesan untuk media massa terutama dunia perfilman “janganlah meracuni public dengan hedonisme yang dapat merusak sifat dasar manusia.”

Tidak ada komentar: